Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

POST TERBARU

Teknologi dalam Worldview Islam: Membumikan Pesan Illahi di Era Disrupsi (Abidah Khoirun Nizami)

  Teknologi dalam Worldview Islam: Membumikan Pesan Illahi di Era Disrupsi Pendahuluan Era disrupsi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, belajar, hingga beribadah. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan blockchain menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, di tengah kemajuan teknologi ini, muncul pertanyaan tentang bagaimana manusia, terutama umat Islam, harus menyikapi dan menggunakan teknologi dalam kehidupan mereka. Bagaimana kita bisa membumikan pesan Ilahi yang terkandung dalam ajaran Islam di tengah era yang penuh dengan tantangan ini? Dalam konteks ini, penting untuk melihat bagaimana worldview Islam—pandangan hidup yang dihasilkan dari keyakinan terhadap Tuhan dan wahyu-Nya—dapat memberikan landasan etis dan moral bagi penggunaan teknologi. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral dan spir...

HUJAN DAN SENJA (3)

  Senja : Hujan, jangan pergi yaa   Hujan : Aku pergi sebentar senja  Senja : Aku masih rindu (sambil meluk)  Hujan : Aku harus berangkat senja, sudah banyak yang menanti Senja : Awas ada yang ketinggalan  Hujan : Apa?  Senja : . -meringis sembari mencium hujan- 

HUJAN DAN SENJA (2)

  Hujan : Kenapa terus melihatku dari tadi? Senja : Aku nggak sedang melihatmu. Hujan : Bohong. Senja : Aku sedang menatapmu, bukan sekadar melihatmu, aku sedang menggugurkan rinduku. Hujan : Curang Senja : Kenapa? Hujan : Bisakah aku juga diberi kesempatan menatapmu? Bisakah rinduku juga digugurkan? Senja : Jadi, kamu rindu aku? Hujan : Menurutmu? Senja : Akhirnya kamu mau bilang rindu, tidak gengsi. Hujan : Senja, jangan meledek terus. Senja : *tertawa sembari memeluk hujan*

HUJAN DAN SENJA

  Hujan : Senja keahlian kita apa ya? Senja : Mencuri Hujan : Hah ? Senja : Iya, kamu mencuri tempat dihatiku, dan aku mencuri celah udara untuk bisa terus menatap senyummu Hujan : Selalu begitu, tidak bisakah lebih serius? Senja : Bukankah terhadapmu aku selalu serius ?