POST TERBARU

ILMU NEGARA, OBJEK DAN HUBUNGANNYA

Gambar
  ABSTRAK   Ilmu negara merupakan salah satu mata kuliah terpenting di seluruh dunia untuk memperkaya pengetahuan di bidang urusan negara. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada mahasiswa tentang ilmu kenegaraan, meliputi istilah, definisi, objek, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan kajian hukum normatif dengan pendekatan integrasi keilmuan. Temuan penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman konsep ilmu kenegaraan, khususnya bagi mahasiswa hukum, karena konsep tersebut merupakan landasan dalam mempelajari Hukum Tata Negara. Tanpa pemahaman yang kuat tentang ilmu kenegaraan, kita tidak akan mampu memahami sejarah, asal usul, hakikat, dan evolusi pemikiran kenegaraan secara universal.. Kata Kunci : Ilmu Negara, Mata Kuliah, Istilah,Pengertian,Objek Ilmu Negara           ABSTRACT State science is one of the most important subjects throughout the world to enrich knowledge in the field of state affairs. This

POLA, STRATEGI DAN PETA DAKWAH MATHLA’UL ANWAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mathla’ul Anwar adalah Ormas Islam tertua pituin lahir di tanah Jawa Barat. Jika, NU lahir di Tebuireng Jawa Timur, Muhammadiyah di Jawa Tengah, maka Mathla’ul Anwar di Banten Jawa Barat. Mathla’ul Anwar mengemban amanat perjuangan mengangkat dan membangkitkan umat dari lembah kegelapan dan kemiskinan yang menimbulkan keterbelakangan, tidak cukup sekedar dengan mengadakan pengajian bagi generasi tua saja. Untuk itu dituntut langkah lebih lanjut lagi, yaitu lahirnya generasi berikutnya yang justru merupakan sasaran utama yang diharapkan mampu mengubah situasi (min al zhulumati ila al nur).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pola, strategi dan peta dakwah Mathla’ul Anwar ?

C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui pola dakwah Mathla’ul Anwar
b.      Untuk mengetahui strategi dakwah Mathla’ul Anwar
c.       Untuk mengetahui peta dakwah Mathla’ul Anwar



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tujuan didirikannya Mathla’ul Anwar
Tujuan didirikannya Mathla’ul Anwar ini adalah agar ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disepakati untuk menghimpun tenaga-tenaga pengajar agama Islam, mendirikan madrasah, memelihara pondok pesantren dan menyelenggarakan tabligh ke berbagai penjuru tanah air .

B.     Visi dan Misi Mathla’ul Anwar
Visi  : “ Terwujudnya Mathla’ul Anwar sebagai Organisasi Keagamaan yang Agamis, Dinamis, Kreatif, Mandiri dan Sejahtera”.
Misi     :
a.       Mewujudkan Konsolidasi Organisasi dan Peningkatan kinerja sumber daya Manusia dan Sumber Daya Organisasi.
b.      Merevitalisasi Lembaga Pendidikan dan Dakwah Sebagai Ujung tombak Perjuangan mewujudkan Nilai-nilai Islami dan Kejuangan Mathla’ul Anwar dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Barat yang Dinamis dan Agamis.
c.       Mengembangkan Lembaga dan Sumber Daya Ekonomi dan Sosial Mathla’ul Anwar yang Responsif, Kreatif dan Berdaya Saing.
d.      Menjadikan Mathla’ul Anwar sebagai Mitra Sejajar dengan Ormas-Ormas Islam besar Lainnya.
C.    Pola Dakwah Mathla’ul Anwar
Sebagaimana pengertian aslinya bahwa pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola.
Dengan demikian pola dakwah umat Islam seyogyanya merujuk pada pola dakwah Nabi Muhammad Saw. Begitupula seluruh ormas Islam di Indonesia termasuk Mathla’ul Anwar berupaya menduplikasi gerakan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, para nabi sebelumnya, para sahabat dan tabi’in tentunya dalam warna keindonesiaan. Sehingga pola dakwah MA lebih kental dengan pendekatan kultural sistemik. Yaitu sebuah pendekatan yang dilaksanakan oleh para founding father MA dengan mengedepankan harmonisasi antara agama dan budaya Indonesia untuk diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan dan ekonomi umat. Bentuk konkret pola kultural sistemik ini terdapat pada khittah MA. Yang dimaksud dengan Khittah Mathla’ul anwar adalah garis-garis yang dijadikan landasan oleh Organisasi Mathla’ul Anwar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Ormas Islam yang bergerak dalam bidang Pendidikan, Dakwah dan Sosial.

D.    Strategi Dakwah Mathla’ul Anwar
Masalah strategi ditentukan oleh kondisi obyektif komunikan dan keadaan lingkungan pada saat proses komunikasi tersebut berlangsung. Dalam kegiatan dakwah, maka hal-hal yang mempengaruhi sampainya pesan dakwah ditentukan oleh kondisi obyektif obyek dakwah dan kondisi lingkungannya dengan demikian maka strategi dakwah yang tepat ditentukan oleh dua faktor tadi. Sekedar contoh: antara orang desa dan kota tentu berbeda metode penyampaian pesan yang dipakai. Demikian pula antara petani, pegawai, mahasiswa, sarjana, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, wanita, buruh, orang miskin dan orang kaya dan lain sebagainya.
Sedangkan masalah isi atau substansi pesan ditentukan oleh seberapa jauh relevansi atau kesesuaian isi pesan tersebut dengan kondisi subyektif komunikan, yaitu “needs” (kebutuhan) atau permasalahan mereka. Dalam dakwah perlu diketahui kebutuhan apa yang mereka rasakan, dan seberapa jauh pesan dakwah dapat menyantuni kebutuhan dan permasalahan tersebut. Relevansi antara isi pesan dakwah dengan kebutuhan tersebut hendaknya diartikan sebagai ketersantunan yang proporsional, artinya pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan yang tidak asal pemenuhan, tetapi yang dapat mengarahkan atau lebih mendekatkan obyek dakwah pada tujuan dakwah itu sendiri, dan bukan sebaliknya. Untuk itu maka pengolahan pesan dakwah dari sumbernya (al-Qur’an dan Sunnah Rasul) akan sangat menentukan.
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan relevansi tersebut, maka baiknya dikemukakan beberapa contoh. Bagi petani, bagaimana bertani yang baik sehingga hasil pertaniannya meningkat dan bagaimana peningkatan tersebut sekaligus merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah. Demikian pula bagi buruh, sehingga peningkatan mutu kerjanya sama dengan mutu ibadahnya. Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih memahami bagaimana beribadah dengan baik akan membantu mereka untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Sudah barang tentu da’i yang bertugas di kalangan buruh atau petani atau lainnya haruslah mereka yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dunia buruh dan tani.
Program dakwah yang dilakukan para ormas Islam termasuk MA saat ini, “seolah-olah” belum dilakukan dengan manajemen yang baik. Hal ini dapat dilihat dari efektivitas program dakwah yang dilakukan belum maksimal dilakukan. Oleh karena itu peranan fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah mutlkak dilakukan, peran dari unsur-unsur perencanaan, pengorganisasian, penggerakan sampai dengan tahap evaluasi semestinya sudah diterapkan dalam organisasi dakwah.
Di lain pihak program dakwah yang dilakukan oleh dunia pertelevisian pada saat ini masih mengedepankan unsur entertaint,-program dakwah lebih dilihat dari unsur bisnis dan hiburan-. Unsur hiburan yang lebih tonjolkan daripada muatan dakwah itu sendiri, seperti bukannya tidak boleh, hiburan itu perlu tapi harus proporsional. Dakwah sebagai gerakan pencapaian khairu al- ummah, perlu ada gerakan yang terencana secara sistematis, dan terstruktur sehingga dakwah ke depan menjadi jelas tujuan, wujud, metode, kurikulum-jika kita pinjam istilah pendidikan-atau bahkan dakwah berbasis riset.
Riset atau penelitian dan pengembangan (litbang—bukan sulit berkembang) adalah strategi mutaakhir (kontemporer) yang diyakini mampu mengelola proses dakwah berbasis data. Pada gilirannya data yang dimiliki akan mudah untuk dianalisa di-peta-kan dan dikelola oleh pengurus dalam hal ini Pimpinan Wilayah Mathla’ul Anwar. Sehingga dakwah dengan perencanaan yang matang akan memudahkan untuk melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan dakwah itu sendiri. Dengan adanya perencanaan secara bertahap capaian kegiatan dakwah harus merupakan proses sosial yang mengarah kepada capaian kualitas hidup yang semakin mendekati idealitas keislaman. Sehingga pada akhirnya kegiatan dakwah itu akan terasa manfaatnya oleh masayarakan luas baik yang menyangkut kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan peningkatan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual seta kualitas pemahaman umat tentang keislaman yang semakin kaffah.
Dakwah merupakan aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of life). Hakikat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam sehingga seseorang atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup. Dengan kata lain tujuan dakwah, setidaknya bisa dikatakan, untuk mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran Islam sehingga benar-benar terwujud kesalehan hidup.
Oleh karena itu, gerakan dakwah perlu untuk menggunakan teknik perencanaan yang matang sebelum gerakan dakwah yang penuh dengan kebaikan tetapi tidak dijalankan dengan program yang terencana, atau dengan istilah gagal dalam perencanaan sama dengan merencanakan kegagalan atau kebatilan yang teroganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak teroganisir atau dengan kata lain terencana.

E.     Metode Dakwah
Dalam rangka mengembangkan strategi dan perencanaan dakwah (baik yang menyangkut model pendekatan atau dialog, model komunikasi, metode, dan media; maupun yang menyangkut isi atau pesan dakwah).
Saefudin Anshary mengatakan untuk metode dakwah dalam arti luas mencakup strategi, taktik, dan teknik dakwah, metode umum dakwah Islam menurut Al-Qur’an terdiri atas :

a.       Surat An-Nahl: 125 yang menjelaskan tiga metode yakni bi al hikmah, dengan hikmah, wal mau izhatil hasanah dengan nasihat yang baik, wal mujadalah bil lati hiya ahsan, degan diskusi yang lebih baik lagi,
b.      Surah Jumu’ah: 2 yakni dengan membacakan (yatlu ‘alaihim ayatihi), menyucikan (yuzkakkihim), mengajarkan al-kitab dan al-hikmah (yu’alllimu nahum al-kitaba wal hikmah). Meminjam istilah Saefudin Anshary tentang relasi antara prinsip, strategi, taktik bahkan teknik perjuangan, tentunya dalam hal ini adalah pergerakan dakwah, ada tiga fungsi yakni :
i.      Untuk memenangkan taktik, maksudnya teknik yang tidak memenangkan taktik bukanlah teknik yang tepat.
ii.   Untuk memenangkan strategi. Taktik yang tidak memenangkan strategi bukanlah taktik yang tepat.
iii. Untuk memenangkan dan menjayakan prinsip atau dasar dan tujuan asasi. Strategi yang tidak memenangkan dan menjayakan prinsip bukanlah strategi yang tepat.

F.     Peta Dakwah Mathla’ul Anwar
Pengembangan Dakwah dikalangan Intra umat Islam (mad’u ijabah) yaitu :  Pengurus PWMA, PDMA 28 daerah, PCMA 115 cabang dan PRMA 270 ranting, begitupun Muslimat MA dan Generasi Muda MA (Gema MA).

Mathla’ul Anwar Jabar terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dialog antar umat beragama agar terjadi kerukunan antar umat beragama sekaligus menjelaskan konsep-konsep Islam dengan harapan umat beragama tertarik terhadap dinul Islam.
Ada urgensi yang cukup signifikan terkait dengan dakwah kultural sistemik untuk Jawa Barat yang notabene Tatar Pasundan atau wilayah pasundaan. Secara universal Rasulullah mengisyaratkan bahwa dakwah itu perlu memperhatikan budaya dan kemampuan nalar masyarakat dengan kalimat khotibu al-nas ‘ala qadri ‘uqulihim kalimat ini berbicara pada aspek pendidikan. Namun tidak keliru jika dikembangkan pada aspek yang tidak kalah penting yaitu ekonomi dengan kalimat: khotibu al-nas ‘ala qadri buthunihim.
Jauh sejak MA berdiri tahun 1916 silam di Menes Pandeglang (saat itu Jawa Barat) hingga berkembang ke Soreang dan Priangan, MA telah berkontribusi positif melakukan dakwah kultural dan struktural dengan produk-produk yang tidak asing seperti tahlilan, syukuran dan marhabaan sebagai tahap awal pengenalan Islam agar akrab dengan tradisi Hindu sebelumnya (berbasis buthunihim). Tentunya, dalam konteks kekinian dikembangkan dalam bentuk pendirian dan pengelolaan koperasi syari’ah, lembaga-lembaga usaha dan berupaya menciptakan dan menguasai pasar. Namun pada gilirannya, Mathla’ul Anwar tidak tinggal diam, merasa perlu untuk meningkatkan kapasitas pendidikan umat Islam dengan membangun madrasah dan Perguruan Tinggi Islam bahkan universitas. Inilah yang dimaksud dengan dakwah berbasis ‘uqulihim).
Proses dakwah melalui pendidikan dan ekonomi ini diyakini dapat berkembang di tanah Pasundan bersama Ormas Islam lainnya. Sehingga kelak terwujud masyarakat Islam Jawa Barat yang Islami, thayyibah dan penuh berkah. Aamiiin.



BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Pola dakwah umat Islam seyogyanya merujuk pada pola dakwah Nabi Muhammad Saw. Begitupula seluruh ormas Islam di Indonesia termasuk Mathla’ul Anwar berupaya menduplikasi gerakan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, para nabi sebelumnya, para sahabat dan tabi’in tentunya dalam warna keindonesiaan. Sehingga pola dakwah MA lebih kental dengan pendekatan kultural sistemik.
Masalah strategi ditentukan oleh kondisi obyektif komunikan dan keadaan lingkungan pada saat proses komunikasi tersebut berlangsung. Dalam kegiatan dakwah, maka hal-hal yang mempengaruhi sampainya pesan dakwah ditentukan oleh kondisi obyektif obyek dakwah dan kondisi lingkungannya dengan demikian maka strategi dakwah yang tepat ditentukan oleh dua faktor tadi. Sekedar contoh: antara orang desa dan kota tentu berbeda metode penyampaian pesan yang dipakai. Demikian pula antara petani, pegawai, mahasiswa, sarjana, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, wanita, buruh, orang miskin dan orang kaya dan lain sebagainya.
Pengembangan Dakwah dikalangan Intra umat Islam (mad’u ijabah) yaitu :  Pengurus PWMA, PDMA 28 daerah, PCMA 115 cabang dan PRMA 270 ranting, begitupun Muslimat MA dan Generasi Muda MA (Gema MA).
Mathla’ul Anwar Jabar terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dialog antar umat beragama agar terjadi kerukunan antar umat beragama sekaligus menjelaskan konsep-konsep Islam dengan harapan umat beragama tertarik terhadap dinul Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir Mulkhan , Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episod Kehidupan M. Natsir & Azhar Basyir. Yogyakarta: Sipress, 1996. hlm. 205

Saefudin Anshary, Wawasan Islam: Pokok-pokok pikiran tentang paradigma dan sistem Islam,Gema Insani Press, Bandung, 2004, hlm. 188




Komentar

POPULER

PROSES PENYUSUNAN PESAN KOMUNIKASI

HAKIKAT MANUSIA DALAM DAKWAH

DATABASE DAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE BAGI ORGANISASI DAKWAH