LAPORAN
PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA
“
PROSPEK PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN KESWADAYAAN MASYARAKAT
( Desa Jambu Kidul Kec. Ceper Kab. Klaten
Prov. Jawa Tengah ) “
Tugas ini
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dengan dosen pengampu Drs.
Anasis, M.Ag.
Disusun
Oleh :
Abidah Khoirun
Nizami
1154030001
JURUSAN
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
Sosiologi dengan judul “Prospek Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan
Keswadyaan Masyarakat ”. Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sosiologi yang diampu oleh Bapak Drs. Anasis.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga
Laporan penelitian ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Bandung, 01
Desember 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………..1
Daftar Isi ……………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………3
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………..3
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………………….3
C.
Tujuan
Penelitian………………………………………………………..4
D.
Manfaat Penelitian……………………………………………………...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………..5
A.
Kajian
Teoritis…………………………………………………………..5
1.
Kajian
Pustaka Mengenai Keswadayaan Masyarakat…………………..5
2.
Kajian
Pustaka Mengenai Kondisi Perekonomian
di
Desa Jambu Kidul Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten
Provinsi.
Jawa Tengah………………………………………………….7
B.
Kerangka
Berfikir………………………………………………………9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….10
A.
Waktu
dan Tempat……………………………………………………..10
B.
Metode
Penelitian………………………………………………………11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………..12
A.
Hasil
Penelitian…………………………………………………………12
B.
Pembahasan…………………………………………………………….14
BAB V PENUTUP…………………………………………………………..17
A.
Kesimpulan
……………………………………………………………17
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Adalah
suatu kenyataan bahwa kemiskinan masih membelenggu penduduk-penduduk di Negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Kemiskinan sering dihubungkan dengan keterbelakangan dan
ketertinggalan dari penduduk tersebut. Kondisi kemiskinan di Jawa sangat berbeda
dengan diluar Jawa, kemiskinan di luar Jawa lebih banyak disebabkan oleh
keterpencilan suatu daerah, sedangkan kemiskinan di Jawa disebabkan oleh
sempitnya pemilikan lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk sebagai
penopang kehidupan penduduk, atau bahkan kemudian banyak pula penduduk yang
menjadi buruh tani.
Sebenarnya sudah banyak upaya pemerintah dalam
pembangunan perdesaan, namun demikian upaya pembangunan tersebut belum dapat
sepenuhnya memenuhi sasaran, karena program-program yang dilaksanakan
kadang-kadang belum menyentuh masyarakat miskin.
Sampai
saat ini upaya pembangunan pedesaan terus dilakukan dengan makin
memprioritaskan penduduk miskin. Salah satu cara untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk adalah melalui pengembangan masyarakat yang mendasarkan
diri pada keswadayaan masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana prospek pengentasan kemiskinan melalui pengembangan keswadayaan
masyarakat ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui fungsi dari keswadayaan masyarakat
2.
Untuk
mngetahui bagaimana kondisi ekonomi di Indonesia
3.
Untuk
mengetahui bagaimana prospek dari keswadayaan untuk mengatasi kemiskinan
D.
Manfaat
1.
Manfaat
Teoritis :
a. Hasil penelitian ini menyumbang bagi ilmu pengetahuan mengembangkan
ilmu social. Khususnya di bidang Ekonomi
2.
Manfaat
Praktis
a. Hasil penelitian ini bisa menjadi contoh bagi penelitian sejenis
b. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi para sosiolog sebagai
bahan evaluasi sekaligus sebagai masukkan dalam meningkatkan kegiatan keswadayaan
masyarakat.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teoritis
1. Kajian Pustaka Mengenai Lembaga Keswadayaan Masyarakat
a. BKM / LKM
BKM / LKM merupakan kepemimpinan
kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan yang anggota –
anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara
penuh sebagai pemimpin masyarakat warga.
Kolektifitas kepemimpinan ini
penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan
mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses
saling asuh, saling asah dan saling asih antar anggota kepemimpinan yang pada
akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat, dan transparansi.
Disamping itu pola kepemimpinan kolektif juga merupakan desinsentif bagi para
pemimpin yang justru ingin mendapatkan kekuatan absolut di satu tangan yang
pada gilirannya akan melahirkan tirani dan anarki yang mementingkan diri
sendiri dan ketidakadilan.
Masyarakat warga adalah terjemahan
dari civil society, yaitu himpunan masyarakat yang diprakarsai dan dikelola
secara mandiri, yang dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingan bersama,
memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama dengan
tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap
mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap institusi negara, keluarga,
agama dan pasar.
Dengan demikian BKM/LKM merupakan
alternatif pilihan bagi warga masyarakat sebagai lembaga yang menjadi motor
penggerak dalam penanggulangan kemiskinan seperti yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Karenanya BKM/LKM sebagai dewan pimpinan kolektif adalah milik
seluruh penduduk kelurahan yang bersangkutan.
b.
Misi
dan Fungsi BKM / LKM
Misi : Membangun modal sosial dengan menumbuhkan kembali niali –
niali kemanusiaan.
Fungsi : Menjadi motor penggerak gerakkan kolektif (bersama)
masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
c.
Mengapa
BKM / LKM diperlukan ?
I.
Selama
ini pembangunan didominasi oleh pihak luar
II.
Maka
masyarakat tidak terlibat, hanya menjadi objek
III.
Masyarakat
menjadi lemah
IV.
Terjadi
perpecahan dalam masyarakat ke dalam golongan – golongan (kaya – miskin, kaum
elite, kewilayahan dsb)
V.
Setiap
golongan mementingkan diri dan kelompoknya masing – masing, tidak peduli lagi
pada kelompok yang lain
VI.
Maka
lunturlah kebersamaan, kepedulian, dan sebagainya
VII.
Makin
memiskinkan orang miskin, karena golongan ini selalu terpinggirkan termasuk
perempuan miskin didalamnya.
VIII.
Diperlukan
motor penggerak untuk menumbuhkan kembali gerakkan kebersamaan
IX.
Motor
penggerak yang berupa kepemimpinan kolektif dan berlandaskan nilai – nilai
kemanusiaan.
2. Kajian Pustaka Mengenai Kondisi Perekonomian di Desa Jambu Kidul
Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Provinsi. Jawa Tengah.
a. Kondisi Kemiskinan
Desa Jambu Kidul adalah satu-satunya
desa miskin dari 18 desa di kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Jarak desa ini
dari ibukota (Kabupaten) Klaten kurang lebih 12km, sedangkan jarak dari ibukota
kecamatan hanya 2km. desa ini dapat dicapai dari jalan raya Yogya-Solo kearah
selatan dengan angkutan ojek atau andong kurang lebih 4 km. jalan yang dilalui
menuju desa sebagian besar sudah beraspal. Di jalan tersebut dapat ditemui dua
pabrik besar, yaitu pabrik tekstil dan pabrik gula, disamping itu juga ditemui
tempat-tempat usaha kerajinan logam.
b. Potensi Desa dan Mata Pencaharian Penduduk
Desa Jambu Kidul, mempunyai luas wilayah
133,26 ha, dengan jumlah penduduk sebesar 3.334 jiwa, terdiri dari 623 KK dan
kepadatan penduduk sebesar 2.501,92 jiwa /km. Dari total luas wilayah Desa
Jambu Kidul, 66,69% (88,2 ha) diantaranya merupakan lahan produktif yang
terdiri dari sawah berpengairan teksnis seluas 61 ha (45,77%), sawah
berpengairan setengah teknis seluas
(14,33%) dan sawah berpengairan sederhana seluas 8,1 ha (6,08%). Kurang lebih
separo (42 ha) dari lahan produktif tersebut terkena glebagan tebu setiap lima
tahun sekali dengan dua kali tebang (29 bulan). Penggunan lahan lain adalah
untuk pekarangan yaitu 39 ha (29,26%) dan sisanya 4,74 ha (3,55%) merupakan
jalan, sungai dan kuburan.
Sector pertanian memang masih
mendominasi kegiatan penduduk desa Jambu kidul, meskipun sudah ada tanda-tanda
pergeseran sumber mata pencaharian penduduk, sector pertanian ke sector
industry dan sector-sektor lainnya. Dari data monografi desa bulan Desember,
terlihat bahwa mayoritas (36,57 %) penduduk bekerja di sector pertanian.
Buruh sering diindetikkan dengan
kelompok miskin, karena biasanya upah yang diterima relative rendah bila
dibandingkan dengan upah penduduk yang bekerja di sector-sektor lainnya. Buruh
tani di Jambu Kidul semakin sulit menggantungkan perekonomiannya pada sector
pertanian, karena beberapa petani pemilik menyewakan lahan pertaniannya kepada
orang-orang dari liar desa, sehingga buruh tani setempat semakin berkrang
“wilayah”kerjanya.
Pengurangan lapangan kerja dalam
bidang pertanian berakibat penawaran tenaga kerja lebih besar dari pada
permintaan tenaga. Hal ini mengakibatkan semakin tidak menentunya penghasilan
sebagai buruh tani. Namun, karena pekerjaan disektor pertanian bersifat
musiman, kadang-kaang juga terjadi kekurangan tenaga kerja. Sehingga kekurangan
tenaga kerja tersebut harus didatngkan dari liar daerah, terutama dalam
pengusahaan tanaman tebu.
c.
Industri
Kecil Kaleng dan Permasalahannya
Perkembangan industri kecil dimulai
sekitar tahun 1930, atas ide seorang penduduk desa tersebut untuk membuka usaha
pembuatan barang kerajinan dari kaleng, seperti ember, dandang dan lain
sebagainya. Keterampilan ini didapatkan pada saat dia menjadi buruh pabrik di
kota Solo yang memproduksi barang-barang kerajinan dari kaleng.
Industry kerajinan kaleng di desa
Jambu Kidul mulai mengalami kemunduran setelah muncul produk-produk serupa dari
bahan-bahan plastic, seperti ember plastic, disamping semakin banyaknya
penduduk yang berusaha dibidang industry kecil, sehingga persaingan semakin
ketat dan banyak pengusaha mengalami kebangkrutan.
B.
Kerangka Berfikir
Lembaga Keswadayaan Masyarkat di Desa Jambu Kidul
|
Kondisi
Kemiskinan Desa Jambu Kidul
|
Kendala
dalam Mata Pencaharian Penduduk Desa Jambu Kidul
|
Dinamika
Masyarakat Desa Jambu Kidul
|
Prospek
Pengembangan Masyarakat Desa Jambu Kidul
|
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat
1. Waktu Penelitian
Program penelitian saya dilaksanakan
mulai hari Rabu, 30 November 2016, berikut
bentuk rincian penelitian saya :
TABEL PENELITIAN
No.
|
Keterangan
|
Waktu
|
30/11/16
|
01/12/16
|
02/12/16
|
03/12/16
|
04/12/16
|
05/12/16
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penelitian
topik/tema
|
X
|
|
|
|
|
|
2
|
Perumusan bab
i
|
X
|
|
|
|
|
|
3
|
Penelitian ke
perpus
|
|
X
|
|
|
|
|
4
|
Pembuatan bab
ii
|
|
X
|
|
|
|
|
5
|
Kajian
pustaka ke bapusipda
|
|
|
X
|
|
|
|
6
|
Pembuatan bab
iii
|
|
|
|
X
|
|
|
7
|
Pembuatan bab
iv
|
|
|
|
|
X
|
|
8
|
Fiksasi
laporan
|
|
|
|
|
|
X
|
2.
Tempat
Penelitian
a.
Perpustakaan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
b.
BAPUSIPDA
( Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah )
B.
Metode Penelitian
a.
Metode
Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
b.
Kajian
Pustaka
Adalah
bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang
sedang dikaji.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Dalam masyarakat Jambu Kidul, tercatat ada bermacam-macam kelompok,
baik kelompok yang bertujuan untuk mencari keuntungan, kelompok social, maupun
kelompok-kelompok keagamaan. Kelompok tersebut muncul baik dari dalam
(inisiatif) masyarakat sendiri, maupun melalui bentukan dari luar.
Berdasarkan proses pembentukannya, secara umum dapat diamati adanya
tiga macam kelompok dalam masyarakat Desa Jambu Kidul, yaitu 1) Kelompok yang
muncul atas inisiatif masyarakat sendiri ; 2) kelompok yang muncul atas
dorongan tokoh-tokoh masyarakat setempat ; 3) kelompok yang dibentuk dari luar
(pemerintah).
i.
Kelompok
yang muncul atas inisiatif masyarakat sendiri
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok pengusaha industry
kaleng, dengan kegiatan pengadaan bahan baku, yang didatangkan dari Jakarta.
Kelompok ini pernah ada di desa tersebut antara tahun 1980-1983. Adapun modal
awal untuk membeli bahan baku tersebut berasal dari iuran para anggotanya,
sedangkan pemupukan modal selanjutnya berasal dari selisih antara tingkat harga
beli dan harga jual bahan baku tersebut kepada anggota kelompok.
ii.
Kelompok
yang muncul atas dorongan tokoh-tokoh masyarakat setempat
Kelompok yang muncul atas dorongan
tokoh-tokoh masyarakat setempat adalah kelompok dana social, kelompok anggota
koperasi primer dan kelompok pengajian. Yang dimaksud dengan tokoh-tokoh
masyarakat disini adalah tokoh-tokoh agama, aparat desa, dan orang-orang yang
disegani oleh masyarakat setempat.
Kelompok dana social merupakan
pengembangan dari suatu kelompok yang dinamakan kelompok bolo pecah. Kelompok
ini berawal dari ide pemikiran salah seorang tokoh masyarakat di Dukuh Jambu,
yang mengamati adanya kesulitan msyarakat dalam pengadaan peralatan makan-minum
untuk keperluan rapat pertemuan-pertemuan lainnya.
iii.
Kelompok
hasil pembentukan dari luar (pemerintah)
Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah kelompok Dharma Tirta, kelompok pengusaha industry kecil dan kelompok
penerima program P2LDT (Perbaikan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu).
Kelompok Dharma Tirta merupakan kumpulan dari para
petani pemakai air. Kelompok ini dibentuk sekitar tahun 1989. Sebelum ada
kelompok Dharma Tirta, sering terjadi keributan diantara para petani dalam
masalah penggunaan air untuk mengairi sawah mereka, meskipun sebetulnya sudah
ada perangkat desa yang sudah memepunyai tugas mengawasi pembagian air.
B.
Pembahasan
Pembentukan kelompok memang mudah dilaksanakan, namun yang sulit
adalah menjamin kelangsungan kelompo tersebut untuk semakin dapat memberikan
manfaat yang positif bagi para anggotanya, baik itu manfaat ekonomi, social
maupun spiritual.
Kerjasama akan lebih mudah dicapai melalui kelompok yang kohesif
daripada kelompok non kohesif. Kohesivitas kelompok tercermin dari adanya
solidaritas diantara anggota kelompok dan adanya ketertarikan subyek untuk menjadi
anggota dalam kelompok tersebut. Solidaritas itu muncul melalui pengalaman
interaksi dengan masing-masing individu untuk dapat saling mengenal, sebelum
luncul rasa solidaritas diantara mereka.
Kesadaran beragama tampaknya merupakan faktor utama yang mendukung
keberhasilan kelompok pengajian dalam “menjaring” anggota, sehingga kelompok
ini semakin berkembang dan memiliki banyak anggota. Kesadaran beragama tidak
terlepas dari peran tokoh-tokoh agama dalam mendorong masyarakat untuk
memperdalam imannya melalui kelompok-kelompok pengajian. Dalam masyarakat Jambu
Kidul yang mayoritas agama islam, tokoh-tokoh agama memang termasuk tokoh-tokoh
yang disegani dan diprcaya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
tingkat keswadayaan masyarakat Desa Jambu Kidul sudah cukup tinggi. Disamping
itu juga sudah ada usaha untuk mewujudkan keswadayaan tersebut dalam
bentuk-bentuk kelompok. Dengan demikian, untuk melaksanakan pembangunan desa
dengan model-model pembangunan yang mendasarkan diri pada keswadayaan
masyarakat, seperti dalam program Inpres Desa Tertinggal, kiranya tidak terlalu
sulit.
Dari pengalaman kelompok-kelompok
yang ada maupun yang pernah ada di Desa Jambu Kidul, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berfungsi
secara maksimal dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, yaitu :
1.
Pembangunan
kelompok swadaya masyarakat, akan lebih berhasil apabila menggunakan kelompok
yang sudah ada atau pernah ada di masyarakat. Atau apabila hendak dibentuk
kelompok baru, maka pemilihan anggota kelompok hendaknya diserahkan kepada
calon anggota sendiri. Hal ini untuk menjamin adanya solidaritas diantara
anggota kelompok, yang pada akhirnya dapat tercipta adanya situasi kerjasama
yang baik.
2.
Jumlah
anggota kelompok hendaknya tidak terlalu besar, karena semakin banyak jumlah
anggota kelompok, maka semakin sulit membentuk hubungan yang erat diantara para
anggota. Oleh karena itu apabila hendak menggunakan kelompok-kelompok besar
seperti kelompok Dana Sosial, maka perlu adanya pemecahan kelompok kedalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari anggota-anggota yang berdomisili di
dukuh/dusun yang sama.
3.
Adanya
keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, perangkat desa, dan aktivis
dalam kegiatan masyarakat ), dalam memberikan dorongan serta arahan kegiatan
kelompok.
Meskipun pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat tampaknya mudah
dilaksanakan di Desa Jambu kidul, namun hal ini belum cukup untuk menjamin
keberhasilan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk yang terlibat dalam usaha industry kecil misalnya, tidak
cukup hanya dengan membentuk kelompok dan kemudian diberikan dana untuk
mengembangjan usaha, karena yang menjadi masalah utama dalam usaha industry
kecil di desa tersebut adalah pemasarannya. Maka dari itu prospek pengembangan
masyarakat akan lebih baik apabila disertai bantuan dalam masalah pemasaran.
Untuk itu pemerintah perlu lebih mengarahkan kebijaksanaan yang mendorong
kerjasama antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil, melalui system Bapak
Angkat atau system Sub Kontraktor, dengan penekanan pada industry-industri
kecil yang berada di desa-desa miskin. Disamping itu untuk mencapai
keberhasilan kerjasama antara industry besar dengan industry kecil, maka perlu
adanya perangkat hukum untuk mengawasi pelaksanaan kerjasama tersebut. Dengan
adanya kebijaksanaan tersebut diharapkan industry kecil dapat berkembang dengan
baik, dan pada akhirnya upah buruh industry kecil juga semakin meningkat.
Dalam bidang pertanian, untuk menghindari kerugian petani karena
adanya glabagan tebu, perlu segera penyebarluasan informasi mengenai
Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 tentang system budidaya tanaman, yang antara
lain berisi pernyataan tentang adanya kebebasan bagi petani untuk menentukan
pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya (pasal 6 ayat 1). Dengan adanya
pengetahuan tentang hal ini, petani akan merasa lebih bebas untuk menganeka
ragamkan jenis tanaman, dengan tanaman yang menurut mereka lebih menguntungkan.
Dan dengan penganekaragaman jenis tanaman ini, buruh dan juga akan lebih
diuntungkan, karena pekerjaan mereka juga semakin banyak dan penghasilan mereka
akan meningkat.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat tampaknya mudah dilaksanakan
di Desa Jambu kidul, namun hal ini belum cukup untuk menjamin keberhasilan
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk yang terlibat dalam usaha industry kecil misalnya, tidak cukup hanya
dengan membentuk kelompok dan kemudian diberikan dana untuk mengembangjan
usaha, karena yang menjadi masalah utama dalam usaha industry kecil di desa
tersebut adalah pemasarannya. Maka dari itu prospek pengembangan masyarakat
akan lebih baik apabila disertai bantuan dalam masalah pemasaran. Untuk itu
pemerintah perlu lebih mengarahkan kebijaksanaan yang mendorong kerjasama
antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil, melalui system Bapak Angkat
atau system Sub Kontraktor, dengan penekanan pada industry-industri kecil yang
berada di desa-desa miskin. Disamping itu untuk mencapai keberhasilan kerjasama
antara industry besar dengan industry kecil, maka perlu adanya perangkat hukum
untuk mengawasi pelaksanaan kerjasama tersebut. Dengan adanya kebijaksanaan
tersebut diharapkan industry kecil dapat berkembang dengan baik, dan pada
akhirnya upah buruh industry kecil juga semakin meningkat.
Dalam bidang pertanian, untuk menghindari kerugian petani karena
adanya glabagan tebu, perlu segera penyebarluasan informasi mengenai Undang-Undang
nomor 12 tahun 1992 tentang system budidaya tanaman, yang antara lain berisi
pernyataan tentang adanya kebebasan bagi petani untuk menentukan pilihan jenis
tanaman dan pembudidayaannya (pasal 6 ayat 1). Dengan adanya pengetahuan
tentang hal ini, petani akan merasa lebih bebas untuk menganeka ragamkan jenis
tanaman, dengan tanaman yang menurut mereka lebih menguntungkan. Dan dengan
penganekaragaman jenis tanaman ini, buruh dan juga akan lebih diuntungkan,
karena pekerjaan mereka juga semakin banyak dan penghasilan mereka akan
meningkat.
B.
Saran
Pembangunan kelompok swadaya masyarakat, akan lebih berhasil
apabila menggunakan kelompok yang sudah ada atau pernah ada di masyarakat. Atau
apabila hendak dibentuk kelompok baru, maka pemilihan anggota kelompok
hendaknya diserahkan kepada calon anggota sendiri. Hal ini untuk menjamin
adanya solidaritas diantara anggota kelompok, yang pada akhirnya dapat tercipta
adanya situasi kerjasama yang baik. Dan adanya keterlibatan tokoh-tokoh
masyarakat (tokoh agama, perangkat desa, dan aktivis dalam kegiatan masyarakat
), dalam memberikan dorongan serta arahan kegiatan kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjondronegoro, Soediono M.P., 1977, Lembaga Keswadayaan
Masyarakat, LP3ES, Jakarta.
Tim P3PK-UGM, 1994, Keswadayaann Masyarakat Desa Tertinggal,
P3PK-UGM, Yogyakarta
Chambers, Robert. 1983, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, LP3ES,
Jakarta
Mas’oed, Muchtar, 1993, “Ekonomi Politik Pembangunan Dan
Pemberdayaan Rakyat” dalam Prospektif vol. 5. No.1 dan 2, PPSK, Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar